Kamis, 05 November 2009

-->
Sejak saya sekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri , di Jakarta. Saya mempunyai pengalaman dalam berorganisasi. Sudah pasti di sekolah manapun setiap siswa harus mempunyai kegiatan extra kulikuler yang harus diikuti oleh para siswa. Saya juga merasa tertuntut untuk memilih salah satu kegiatan, dari sekian banyaknya kegiatan extra kurikuler. Saya pun memilih untuk mengambil eskul TAEKWONDO. Walaupun kegiatan lain lebih banyak, tetapi saya merasa bahwa olahraga itu sedikit menantang. 


Nah, disini lah saya akan menceritakan tentang konflik yang berhubungan dengan Organisasi yang telah saya ikuti, yaitu organisasi TAEKWONDO. Karena sudah 4 tahun saya telah menyelami organisasi ini, saya telah mengenal lebih dalam mengenai Organisasi ini. Pertama kali saya bergabung, saya kurang mampu untuk menerka konflik apa yang telah menyelimuti organisasi ini, karena saya masih merasa enjoy di dalam organisasi ini. Namun lama kelamaan, saya merasa tidak nyaman di dalamnya. Sehingga secara perlahan-lahan saya mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di dalam kepala saya. Salah satunya, mengapa di dalam organisasi yang telah lama berdiri ini tidak pernah mengalami kemajuan, melainkan kemunduran dalam merekrut anggota, dan saya berfikir mungkin ini hanya terjadi pada cabang yang berada di sekolah saya, karena organisasi yang saya ikuti ini termasuk salah satu club TAEKWONDO ( tidak disebutkan nama club ) atau organisasi yang cukup besar yang mempunyai cabang di sekitar D.K.I. Jakarta dan Bekasi. Setelah saya menyelidikinya ternyata ini terjadi di cabang yang lain juga termasuk satu club.

Saya cukup heran dengan apa yang terjadi. Tetapi saya hanya bisa menilai dari segi anggota, yang menurut saya, konflik ini terjadi karena kurang di tanamkannya rasa Sportifitas dan Solidaritas dari ketua yang memimpin Organisasi ini. Dengan kata lain terlalu cuek atau tidak perduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya.sehingga setiap ada masalah internal tidak langsung ditangani dan diberikan solusinya. 
 
Mungkin anda pasti bertanya-tanya pada saya, mengapa saya bisa menyimpulkan seperti itu??!!
Itu semua karena sudah ada kejadian pada seseorang anggotanya (saya tidak bisa menyebutkan nama) yang sudah cukup membuktikan kalau organisasi itu tidak memiliki sportifitas dan solidaritas. Karena didalam organisasi ini tidak ada pembauran dalam hubungan antar anggota. Juga seperti adanya deskriminasi terhadap tingkatan yang pelatih, tingkat senior, dan junior, sehingga terlihat seperti membentuk kelompok-kelompok sesuai tingkatan. Begitu juga seperti adanya pemisah antara umur, dan juga adanya kecurangan yang di lakukan oleh pemimpinnya, yang hanya mementingkan pemasukan dana untuk diri pribadi. Sehingga ada hal yang mengecewakan pada saat ada pertandingan KEJURCAB (Kejuaraan Cabang Jakarta ) yang bisa dibilang kejuaraan bergengsi. Club saya menurunkan 2 orang atlet, yang termasuk dari anggota dari club ini sendiri. Pada akhirnya hanya ada satu orang yang menjadi pemenang, dan dia membawa pulang piala dan medali. Tetapi dia tidak membawa langsung sertifikat yang menandakan kemenangannya itu, dengan satu alasan yang diberikan pelatihnya bahwa “sertifikat akan di berikan menyusul di tempat latihan” . 

Dengan menunggu dari hari ke-hari pada saat latihan, atlet itu hanya bersabar. Dan yang lucunya pada saat atlet itu sangat membutuhkan sertifikat kemenangannya, untuk tanda bukti agar diterima oleh Universitas Negeri yang akan dimasukinya. Atlet itu meminta kepada pelatihnya agar sertifikat itu diberikan kepadanya secepat mungkin, sebelum waktu penyeleksian di Universitas itu berakhir. Tetapi apa yang telah di katakan oleh sang pelatih??
Ternyata ia berkata bahwa sertifikat itu tidak ada di tangannya, atau hilang. Ini lah yang membuat sang atlet menjadi frustasi dan gagal masuk di Univ.Negeri impiannya. Kemudian sang atlet ini menyelidiki secara perlahan, dimana sertifikatnya berada?! Dan ternyata sertifikat itu telah jatuh ke tangan seorang atlet dari dalam club itu sendiri, tetapi tidak pernah menang di kejuaraan. Bagaimana itu bisa terjadi? Tidak tahunya pelatihnya sendiri lah yang menjual sertifikatnya demi uang, untuk pemasukan dana pribadi pelatih itu sendiri.

Dengan adanya konflik ini saya mempunyai keputusan yang sudah saya fikirkan lebih dalam. Dan saya mengambil keputusan untuk segera berhenti dari organisasi TAEKWONDO itu. Mengapa saya mengambil keputusan seperti itu? Jawabannya adalah, karena organisasi itu sudah mengalami keterpurukan atau dengan kata lain sudah tidak sehat lagi dalam managementnya. Sehingga saya mempunyai solusi untuk memperbaiki organisasi ini.
Solusi :
  1. Perbaikan dalam system yang ada dalam manajemen organisasi itu.
  2. Adanya pembaruan dalam kepengurusan.
  3. Menerima masukan-masukan dari anggota, dalam hal apa saja.
Oragnisasi yang baik adalah organisasi yang terlihat baik dari luar maupun dalam, jika organisasi itu terlihat bagus dari luar saja maka lambat laun kita tunggu saja kehancurannya.
Semua itu merupakan contoh, agar kiranya pengalaman-pengalaman di atas bisa dijadikan pelajaran untuk teman-teman terutama untuk diri saya pribadi. Karena pengalaman adalah guru yang paling berharga.

0 Comments:

Post a Comment



By :
Free Blog Templates