Minggu, 29 April 2012
Perkembangan
Teknologi Informasi (Information Technology, IT), khususnya di bidang Internet,
memacu kebutuhan akan sumber daya manusia yang handal. Namun sumber daya
manusia ini tidak dapat dipenuhi sehingga timbul krisis sumber daya manusia.
Dalam dokumen BHTV, ternyata pada tahun 2010 dibutuhkan sekitar 350.000 tenaga
di bidang IT di Indonesia. Angka ini masih kecil jika dibandingkan dengan
kubutuhan akan tenaga IT di dunia.
Bidang
IT memiliki rentang bidang yang cukup luas. Latar belakang kebutuhan pendidikan
pun bervariasi. Ada perkerjaan yang membutuhkan banyak inovasi dan teori yang
membutuhkan latar belakang pendidikan formal di perguruan tinggi. Akan tetapi
ada pula bidang IT yang tidak membutuhkan pendidikan perguruan tinggi dan dapat
dilakukan oleh lulusan setingkat SMU/SMK, diploma.
Adanya
standar kompetensi dibutuhkan untuk memudahkan bagi perusahaan atau institusi
untuk menilai kemampuan (skill) calon pegawai atau pegawainya. Adanya
inisiatif untuk membuat standar dan sertifikasi sangat dibutuhkan. Namun masih
terdapat permasalahan seperti beragamnya standar dan sertifikasi. Sebagai
contoh, ada standar dari Australian National Training Authority (lihat bagian
referensi). Untuk itu PPAUME (Pusat Penelitian Antar Universitas Bidang
Mikroelektronika) ITB beserta APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) mengambil inisiatif untuk membuat sebuah standar sertifikasi di
bidang yang terkait dengan Internet.
Standar
dan sertifikasi dapat dilakukan oleh badan yang resmi dari pemerintah atau
dapat juga mengikuti standar sertifikasi di industri, yang sering juga disebut vendor
certification. Untuk contoh yang terakhir (vendor certification), standar
industri seperti sertifikat dari Microsoft atau Cisco merupakan standar
sertifikasi yang diakui di seluruh dunia. Padahal standar ini dikeluarkan oleh
perusahaan, bukan badan sertifikasi pemerintah. Memang pada intinya industrilah
yang mengetahui standar yang dibutuhkan dalam kegiatan sehari-harinya.
Standar
sertifikasi dari PPAUME & APJII ini bersifat terbuka dan dapat digunakan
oleh siapa saja. Analogi yang dapat digunakan adalah mirip dengan TOEFL, dimana
banyak kursus dan lembaga yang mengajarkan materi TOEFL akan tetapi hanya ada
satu ujian TOEFL. Dalam hal ini hanya ada satu standar ujian sertifikasi PPAUME
& APJII.
Sertifikasi
ini memiliki tujuan untuk :
•
Membentuk tenaga praktisi TI yang berkualitas tinggi,
• Membentuk standar kerja TI yang tinggi,
• Pengembangan profesional yang berkesinambungan.
• Membentuk standar kerja TI yang tinggi,
• Pengembangan profesional yang berkesinambungan.
Sedangkan
bagi tenaga TI profesional tersebut :
• Sertfikasi ini merupakan pengakuan akan pengetahuan yang kaya (bermanfaat bagi promosi, gaji)
• Perencanaan karir
• Profesional development
• Meningkatkan international marketability.
• Sertfikasi ini merupakan pengakuan akan pengetahuan yang kaya (bermanfaat bagi promosi, gaji)
• Perencanaan karir
• Profesional development
• Meningkatkan international marketability.
Ini
sangat penting dalam kasus, ketika tenaga TI tersebut harus bekerja pada
perusahaan multinasional. Perusahaan akan mengakui keahliannya apabila telah
dapat menunjukkan sertifikat tersebut.
Bagi masyarakat luas sertifikasi ini memberikan kontribusi positif
• Memiliki staf yang up to date dan berkualitas tinggi.
• Memperoleh citra perusahaan yang baik, keuntungan yang kompetitif, merupakan alat ukur yang obyektif terhadap kemampuan staf, kontraktor dan konsultan.
• Secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan produktifitas secara mikro maupun makro.
• Menaikkan pengakuan industri dan secara intenasional.
• Bagi siswa memberikan alur profesi yang jelas. Siswa yang ingin segera mempelajari ICT dan profesi akan tahu darimana memulainya
• Memberikan suatu mekanisme pusat pelatihan. Suatu program sertifikasi memberikan alur pelatihan yang jelas.
• Membantu proses pencarian tenaga IT profesional. Suatu kandidat yang dievaluasi untuk suatu jabatan, dengan memiliki suatu serti_kat berarti telah memiliki skill dan pengetahuan tingakat tertentu. Hal itu juga menunjukkan persistensi kandidat dan kemampuan menyelesikan suatu proyek (dalam hal ini sertifikasi). Kedua hal ini membantu masyarakat mencari tenaga TI
• Mendorong pegawai melakukan proses belajar lebih lanjut Beberapa negara telah mengembangkan dan mempromosikan sistem sertifikasi yang khas bagi negara tersebut.
Bagi masyarakat luas sertifikasi ini memberikan kontribusi positif
• Memiliki staf yang up to date dan berkualitas tinggi.
• Memperoleh citra perusahaan yang baik, keuntungan yang kompetitif, merupakan alat ukur yang obyektif terhadap kemampuan staf, kontraktor dan konsultan.
• Secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan produktifitas secara mikro maupun makro.
• Menaikkan pengakuan industri dan secara intenasional.
• Bagi siswa memberikan alur profesi yang jelas. Siswa yang ingin segera mempelajari ICT dan profesi akan tahu darimana memulainya
• Memberikan suatu mekanisme pusat pelatihan. Suatu program sertifikasi memberikan alur pelatihan yang jelas.
• Membantu proses pencarian tenaga IT profesional. Suatu kandidat yang dievaluasi untuk suatu jabatan, dengan memiliki suatu serti_kat berarti telah memiliki skill dan pengetahuan tingakat tertentu. Hal itu juga menunjukkan persistensi kandidat dan kemampuan menyelesikan suatu proyek (dalam hal ini sertifikasi). Kedua hal ini membantu masyarakat mencari tenaga TI
• Mendorong pegawai melakukan proses belajar lebih lanjut Beberapa negara telah mengembangkan dan mempromosikan sistem sertifikasi yang khas bagi negara tersebut.
Beberapa
negara menerapkan dan membayar lisensi kepada sistem serti_kasi yang
ada.Beberapa negara menggunakan tenaga ahli untuk melakukan ujian. Jenis
sertifikasi Pada dasarnya ada 2 jenis sertikasi yang umum dikenal di masyarakat
•
Sertifikasi akademik (sebetulnya tidak tepat disebut sertifikasi) yang
memberikan gelar, Sarjana, Master dll
• Sertifikasi profesi. Yaitu suatu sertifikasi yang diberikan berdasarkan keahlian tertentu untuk profesi tertentu.
• Sertifikasi profesi. Yaitu suatu sertifikasi yang diberikan berdasarkan keahlian tertentu untuk profesi tertentu.
Sayangnya
sertifikasi akademik sulit memiliki implementasi langusng dalam industri ICT.
Disebabkan karena kecepatan perubahan serta standardisasi antara Universitas.
Di samping itu tujuan universitas memang berbeda dengan tujuan industri.
Universitas bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar bukannya keahlian
khusus atau kompetensi untuk profesi tertentu yang dibutuhkan oleh industri.
Spesialisasi
yang terlalu sempit juga tidak cocok untuk pengembangan universitas. Sedangkan
sertifikasi profesional pada dasarnya memiliki 3 model, yaitu :
• Dikembangkan oleh Profesional Society, sebagai contoh British Computer Society (BCS), Australian Computer Soicety (ACS), South East Asian Regional Computer Confederation (SEARCC) etc
• Dikeluarkan oleh Komunitas suatu profesi, sebagai contoh Linux Profesional, SAGE (System Administration Guild), CISA(IS Auditing) [http://www.isaca.org/]
• Dikeluarkan oleh vendor sebagai contoh MCSE (by Microsoft), CCNA (Cisco), CNE (Netware), RHCE (Red Hat) etc. Biasanya skill yang dibutuhkan untuk memperoleh sertifikat ini sangat spesifik dan sangat berorientasi pada suatu produk dari vendor tersebut. Sertifikasi yang berbasiskan vendor sangat bergantung pada produk vendor tersebut.
• Dikembangkan oleh Profesional Society, sebagai contoh British Computer Society (BCS), Australian Computer Soicety (ACS), South East Asian Regional Computer Confederation (SEARCC) etc
• Dikeluarkan oleh Komunitas suatu profesi, sebagai contoh Linux Profesional, SAGE (System Administration Guild), CISA(IS Auditing) [http://www.isaca.org/]
• Dikeluarkan oleh vendor sebagai contoh MCSE (by Microsoft), CCNA (Cisco), CNE (Netware), RHCE (Red Hat) etc. Biasanya skill yang dibutuhkan untuk memperoleh sertifikat ini sangat spesifik dan sangat berorientasi pada suatu produk dari vendor tersebut. Sertifikasi yang berbasiskan vendor sangat bergantung pada produk vendor tersebut.
Juga
dikenal sebagai salah satu strategi pemasaran pada suatu perusahaan (vendor).
Dengan mempromosikan sertifikasi tersebut, maka perusahaan tersebut dapat
menjamin kepada kustomer mereka bahwa tersedia cukup dukungan teknis (orang
yang memiliki sertifikasi produk tersebut). Pada kenyataannya pada pasar tenaga
kerja, sertifikasi vendor ini sangat populer. Karena banyak orang beranggapan
bahwa dengan memiliki sertifikasi vendor ini maka masa depan lapangan pekerjaan
akan terjamin.
Dalam
mengembangkan sertifikasi beberapa patokan yang sebaiknya diterapkan :
• Harus berdasarkan ujian dan cukup sulit dan memiliki beberapa tingkatan
• Pusat pelatihan harus disertifikasi sebelum dapat menawarkan suatu sertifikasi
• Sertifikasi tak boleh bergantung pada suatu perusahaan atau suatu institusi.
• Harus berdasarkan ujian dan cukup sulit dan memiliki beberapa tingkatan
• Pusat pelatihan harus disertifikasi sebelum dapat menawarkan suatu sertifikasi
• Sertifikasi tak boleh bergantung pada suatu perusahaan atau suatu institusi.
Tetapi
sertifikasi vendor sebaiknya juga diakui sebagai suatu komponen untuk
memperonleh sertikasi profesi
• Sertikasi harus mendorong terbentuknya industri lokal.
• Sertifikasi harus memperkecil jurang antara universitas (education) dan industri. Harus dikembangkan pemetaan antara sertifikasi akademik dan sertifikasi profesi. Juga mengurangi jurang antara aktifitas riset dan industri.
• Sertifikasi harus mendorong orang untuk memahami pengetahuan dasar yang berhubungan dengan keahlian terapan pada profesi tersebut.
• Sertikasi harus mendorong terbentuknya industri lokal.
• Sertifikasi harus memperkecil jurang antara universitas (education) dan industri. Harus dikembangkan pemetaan antara sertifikasi akademik dan sertifikasi profesi. Juga mengurangi jurang antara aktifitas riset dan industri.
• Sertifikasi harus mendorong orang untuk memahami pengetahuan dasar yang berhubungan dengan keahlian terapan pada profesi tersebut.
Hal
ini akan membantu orang untuk memperbaiki pengetahuannya, sebab mereka tidak
ahnya belajar dari "keahlian tertentu" untuk suatu saat saja, tetapi
mereka memiliki pengetahuan dasar untuk memehami teknologi baru.
• Sertifikasi tak boleh mengabaikan kemajemukan orang. Sebagai contoh bahasa, dan kebiasaan lokal. Sehingga untuk kompetensi dalam bidang komunikasi, kemampuan berbahasa lokal perlu dipertimbangkan juga.
• Sertifikasi tak boleh mengabaikan kemajemukan orang. Sebagai contoh bahasa, dan kebiasaan lokal. Sehingga untuk kompetensi dalam bidang komunikasi, kemampuan berbahasa lokal perlu dipertimbangkan juga.
sumber :
- http://ittechnosolutindo.com/index.php?view=article&catid=41:artikel&id=88:sertifikasi-k..
- Raharjo Budi, Sertifikasi-it-ppaume-apjiii-01. ITB, Bandung.
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)